A. Pembahasan
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan. Untuk mengetahui tingkat kekeruhan suatu sample air, maka kita bisa menggunakan alat laboratorium yang bernama Jartest. Jartest ini juga dapat digunakan untuk mengetahui kinerja kogulasi dan flokulasi secara simulasi di laboratorium asalkan air yang dilakukan simulasi dengan jartest ini adalah air yang benar-benar akan dilakukan pengolahan dilapangan. Standar ini menetapkan suatu metode pengujian koagulasi flokulasi dengan cara jartest, termasuk prosedur umum untuk mengevaluasi pengolahan dalam rangka mengurangi bahan-bahan terlarut, koloid, dan yang tidak dapat mengendap dalam air dengan menggunakan bahan kimia dalam proses koagulasi-flokulasi, yang dilanjutkan dengan pengendapan secara gravitasi. Proses koagulasi yaitu pembubuhan bahan kimia (koagulan) ke dalam air yang akan dioIah. Uji koagulasi-flokulasi dilaksanakan untuk menentukan dosis bahan-bahan kimia, dan persyaratan yang digunakan untuk memperoleh hasil yang optimum. Variabel-variabel utama yang dikaji sesuai dengan yang disarankan, termasuk bahan kimia pembantu, pH, temperatur, persyaratan tambahan dan kondisi campuran. Metode uji ini digunakan untuk mengevaluasi berbagai jenis koagulan dan koagulan pembantu pada proses pengolahan air bersih dan air Iimbah. Pengaruh konsentrasi koagulan dan koagulan pembantu dapat juga dievaluasi dengan metode ini.
Jartest adalah salah satu simulasi dari beberapa metoda yang paling umum dipakai untuk menilai efisiensi suatu proses koagulasi dan flokulasi. Jartest menyimulasikan proses koagulasi dan flokulasi dalam proses pengolahan limbah sehingga membantu operator pengolahan limbah untuk menentukan jumlah bahan kimia yang tepat. Jartest berfungsi untuk menentukan dosis optimal dari koagulan yang digunakan pada proses pengolahan air bersih. Kekeruhan air dapat dihilangkan melalui pembubuhan koagulan. Dalam praktikum kali ini kami menggunakan tawas. Tawas merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh di pasaran serta mudah penyimpanannya. Jumlah pemakaian tawas tergantung kepada turbidity (kekeruhan) air baku. Semakin tinggi turbidity air baku maka semakin besar jumlah tawas yang dibutuhkan. Pemakain tawas juga tidak terlepas dari sifat-sifat kimia yang dikandung oleh air baku tersebut.
Selain pembubuhan koagulan diperlukan pengadukan sampai terbentuk flok. Flok-flok ini mengumpulkan partikel-partikel kecil dan koloid yang tumbuh dan akhirnya bersama-sama mengendap. Penambahan bahan kimia (koagulan) pada proses koagulasi dengan pengadukan cepat, memberikan kesempatan kepada koagulan untuk membentuk inti flok yang berasal dari partikel koloid yang ada dalam contoh air. Proses koagulasi kemudian dilanjutkan dengan proses pengadukan lambat (flokulasi), dengan tujuan memberikan kesempatan bagi inti flok untuk saling bersentuhan sehingga terbentuk flok yang lebih besar yang siap untuk diendapkan. Proses berikutnya adalah pengendapan (sedimentasi) yang bertujuan untuk mengendapkan flok yang sudah terbentuk. Faktor–faktor yang mempengaruhi koagulasi yaitu pemilihan bahan kimia.
Efek karakteristik tersebut terhadap koagulan adalah suhu rendah berpengaruh terhadap daya koagulasi dan flokulasi. Suhu dan memerlukan pemakaian bahan kimia berlebih, untuk mempertahankan hasil yang dapat diterima. Nilai ekstrim baik tinggi maupun rendah, dapat berpengaruh pH terhadap koagulasi dan flokulasi, pH optimum bervariasi tergantung jenis koagulan yang digunakan. Makin rendah kekeruhan, makin sedikitmakin sukar pembentukkan flok partikel, makin jarang terjadi tumbukan antar partikel dan flok, oleh sebab itu makin sedikit kesempatan flok berakumulasi.
Setelah proses koagulasi partikel-partikel terdestabilisasi dapat saling bertumbukan membentuk agregat sehingga terbentuk flok, tahap ini disebut Flokulasi. Flokulasi adalah suatu proses aglomerasi (penggumpalan) partikel-partikel terdestabilisasi menjadi flok dengan ukuran yang memungkinkan dapat dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi. Dengan kata lain proses flokulasi adalah proses pertumbuhan flok (partikel terdestabilisasi atau mikroflok) menjadi flok dengan ukuran yang lebih besar (makroflok).
Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan jar test, pertama-tama kami mengambil sampel limbah dan mengukur pH nya, setelah itu melakukan titrasi pada sampel menggunakan buret agar pH pada sampel stabil. Setelah itu megisikan limbah pada empat gelas II
A. Pembahasan
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan. Untuk mengetahui tingkat kekeruhan suatu sample air, maka kita bisa menggunakan alat laboratorium yang bernama Jartest. Jartest ini juga dapat digunakan untuk mengetahui kinerja kogulasi dan flokulasi secara simulasi di laboratorium asalkan air yang dilakukan simulasi dengan jartest ini adalah air yang benar-benar akan dilakukan pengolahan dilapangan. Standar ini menetapkan suatu metode pengujian koagulasi flokulasi dengan cara jartest, termasuk prosedur umum untuk mengevaluasi pengolahan dalam rangka mengurangi bahan-bahan terlarut, koloid, dan yang tidak dapat mengendap dalam air dengan menggunakan bahan kimia dalam proses koagulasi-flokulasi, yang dilanjutkan dengan pengendapan secara gravitasi. Proses koagulasi yaitu pembubuhan bahan kimia (koagulan) ke dalam air yang akan dioIah. Uji koagulasi-flokulasi dilaksanakan untuk menentukan dosis bahan-bahan kimia, dan persyaratan yang digunakan untuk memperoleh hasil yang optimum. Variabel-variabel utama yang dikaji sesuai dengan yang disarankan, termasuk bahan kimia pembantu, pH, temperatur, persyaratan tambahan dan kondisi campuran. Metode uji ini digunakan untuk mengevaluasi berbagai jenis koagulan dan koagulan pembantu pada proses pengolahan air bersih dan air Iimbah. Pengaruh konsentrasi koagulan dan koagulan pembantu dapat juga dievaluasi dengan metode ini.
Jartest adalah salah satu simulasi dari beberapa metoda yang paling umum dipakai untuk menilai efisiensi suatu proses koagulasi dan flokulasi. Jartest menyimulasikan proses koagulasi dan flokulasi dalam proses pengolahan limbah sehingga membantu operator pengolahan limbah untuk menentukan jumlah bahan kimia yang tepat. Jartest berfungsi untuk menentukan dosis optimal dari koagulan yang digunakan pada proses pengolahan air bersih. Kekeruhan air dapat dihilangkan melalui pembubuhan koagulan. Dalam praktikum kali ini kami menggunakan tawas. Tawas merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh di pasaran serta mudah penyimpanannya. Jumlah pemakaian tawas tergantung kepada turbidity (kekeruhan) air baku. Semakin tinggi turbidity air baku maka semakin besar jumlah tawas yang dibutuhkan. Pemakain tawas juga tidak terlepas dari sifat-sifat kimia yang dikandung oleh air baku tersebut.
Selain pembubuhan koagulan diperlukan pengadukan sampai terbentuk flok. Flok-flok ini mengumpulkan partikel-partikel kecil dan koloid yang tumbuh dan akhirnya bersama-sama mengendap. Penambahan bahan kimia (koagulan) pada proses koagulasi dengan pengadukan cepat, memberikan kesempatan kepada koagulan untuk membentuk inti flok yang berasal dari partikel koloid yang ada dalam contoh air. Proses koagulasi kemudian dilanjutkan dengan proses pengadukan lambat (flokulasi), dengan tujuan memberikan kesempatan bagi inti flok untuk saling bersentuhan sehingga terbentuk flok yang lebih besar yang siap untuk diendapkan. Proses berikutnya adalah pengendapan (sedimentasi) yang bertujuan untuk mengendapkan flok yang sudah terbentuk. Faktor–faktor yang mempengaruhi koagulasi yaitu pemilihan bahan kimia.
Efek karakteristik tersebut terhadap koagulan adalah suhu rendah berpengaruh terhadap daya koagulasi dan flokulasi. Suhu dan memerlukan pemakaian bahan kimia berlebih, untuk mempertahankan hasil yang dapat diterima. Nilai ekstrim baik tinggi maupun rendah, dapat berpengaruh pH terhadap koagulasi dan flokulasi, pH optimum bervariasi tergantung jenis koagulan yang digunakan. Makin rendah kekeruhan, makin sedikitmakin sukar pembentukkan flok partikel, makin jarang terjadi tumbukan antar partikel dan flok, oleh sebab itu makin sedikit kesempatan flok berakumulasi.
Setelah proses koagulasi partikel-partikel terdestabilisasi dapat saling bertumbukan membentuk agregat sehingga terbentuk flok, tahap ini disebut Flokulasi. Flokulasi adalah suatu proses aglomerasi (penggumpalan) partikel-partikel terdestabilisasi menjadi flok dengan ukuran yang memungkinkan dapat dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi. Dengan kata lain proses flokulasi adalah proses pertumbuhan flok (partikel terdestabilisasi atau mikroflok) menjadi flok dengan ukuran yang lebih besar (makroflok).
Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan jar test, pertama-tama kami mengambil sampel limbah dan mengukur pH nya, setelah itu melakukan titrasi pada sampel menggunakan buret agar pH pada sampel stabil. Setelah itu megisikan limbah pada empat gelas beker yang masing-masing 1000 ml, kemudian meletakkannya pada alat jar test, dan pada masing-masing gelas beker diberi tawas dengan dosis yang berbeda untuk dapat mengetahui dosis yang tepat untuk penanganan limbah tahu yaitu 5 ml, 10 ml, 15 ml dan 20 ml. Dengan perlakuan bersama sama, menyalakan stopwatch dan mengoperasikan pengaduk muIti posisi pada pengadukan cepat dengan kecepatan 100 rpm selama 1 menit. Kemudian mengurangi kecepatan sII
A. Pembahasan
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan. Untuk mengetahui tingkat kekeruhan suatu sample air, maka kita bisa menggunakan alat laboratorium yang bernama Jartest. Jartest ini juga dapat digunakan untuk mengetahui kinerja kogulasi dan flokulasi secara simulasi di laboratorium asalkan air yang dilakukan simulasi dengan jartest ini adalah air yang benar-benar akan dilakukan pengolahan dilapangan. Standar ini menetapkan suatu metode pengujian koagulasi flokulasi dengan cara jartest, termasuk prosedur umum untuk mengevaluasi pengolahan dalam rangka mengurangi bahan-bahan terlarut, koloid, dan yang tidak dapat mengendap dalam air dengan menggunakan bahan kimia dalam proses koagulasi-flokulasi, yang dilanjutkan dengan pengendapan secara gravitasi. Proses koagulasi yaitu pembubuhan bahan kimia (koagulan) ke dalam air yang akan dioIah. Uji koagulasi-flokulasi dilaksanakan untuk menentukan dosis bahan-bahan kimia, dan persyaratan yang digunakan untuk memperoleh hasil yang optimum. Variabel-variabel utama yang dikaji sesuai dengan yang disarankan, termasuk bahan kimia pembantu, pH, temperatur, persyaratan tambahan dan kondisi campuran. Metode uji ini digunakan untuk mengevaluasi berbagai jenis koagulan dan koagulan pembantu pada proses pengolahan air bersih dan air Iimbah. Pengaruh konsentrasi koagulan dan koagulan pembantu dapat juga dievaluasi dengan metode ini.
Jartest adalah salah satu simulasi dari beberapa metoda yang paling umum dipakai untuk menilai efisiensi suatu proses koagulasi dan flokulasi. Jartest menyimulasikan proses koagulasi dan flokulasi dalam proses pengolahan limbah sehingga membantu operator pengolahan limbah untuk menentukan jumlah bahan kimia yang tepat. Jartest berfungsi untuk menentukan dosis optimal dari koagulan yang digunakan pada proses pengolahan air bersih. Kekeruhan air dapat dihilangkan melalui pembubuhan koagulan. Dalam praktikum kali ini kami menggunakan tawas. Tawas merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh di pasaran serta mudah penyimpanannya. Jumlah pemakaian tawas tergantung kepada turbidity (kekeruhan) air baku. Semakin tinggi turbidity air baku maka semakin besar jumlah tawas yang dibutuhkan. Pemakain tawas juga tidak terlepas dari sifat-sifat kimia yang dikandung oleh air baku tersebut.
Selain pembubuhan koagulan diperlukan pengadukan sampai terbentuk flok. Flok-flok ini mengumpulkan partikel-partikel kecil dan koloid yang tumbuh dan akhirnya bersama-sama mengendap. Penambahan bahan kimia (koagulan) pada proses koagulasi dengan pengadukan cepat, memberikan kesempatan kepada koagulan untuk membentuk inti flok yang berasal dari partikel koloid yang ada dalam contoh air. Proses koagulasi kemudian dilanjutkan dengan proses pengadukan lambat (flokulasi), dengan tujuan memberikan kesempatan bagi inti flok untuk saling bersentuhan sehingga terbentuk flok yang lebih besar yang siap untuk diendapkan. Proses berikutnya adalah pengendapan (sedimentasi) yang bertujuan untuk mengendapkan flok yang sudah terbentuk. Faktor–faktor yang mempengaruhi koagulasi yaitu pemilihan bahan kimia.
Efek karakteristik tersebut terhadap koagulan adalah suhu rendah berpengaruh terhadap daya koagulasi dan flokulasi. Suhu dan memerlukan pemakaian bahan kimia berlebih, untuk mempertahankan hasil yang dapat diterima. Nilai ekstrim baik tinggi maupun rendah, dapat berpengaruh pH terhadap koagulasi dan flokulasi, pH optimum bervariasi tergantung jenis koagulan yang digunakan. Makin rendah kekeruhan, makin sedikitmakin sukar pembentukkan flok partikel, makin jarang terjadi tumbukan antar partikel dan flok, oleh sebab itu makin sedikit kesempatan flok berakumulasi.
Setelah proses koagulasi partikel-partikel terdestabilisasi dapat saling bertumbukan membentuk agregat sehingga terbentuk flok, tahap ini disebut Flokulasi. Flokulasi adalah suatu proses aglomerasi (penggumpalan) partikel-partikel terdestabilisasi menjadi flok dengan ukuran yang memungkinkan dapat dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi. Dengan kata lain proses flokulasi adalah proses pertumbuhan flok (partikel terdestabilisasi atau mikroflok) menjadi flok dengan ukuran yang lebih besar (makroflok).
Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan jar test, pertama-tama kami mengambil sampel limbah dan mengukur pH nya, setelah itu melakukan titrasi pada sampel menggunakan buret agar pH pada sampel stabil. Setelah itu megisikan limbah pada empat gelas beker yang masing-masing 1000 ml, kemudian meletakkannya pada alat jar test, dan pada masing-masing gelas beker diberi tawas dengan dosis yang berbeda untuk dapat mengetahui dosis yang tepat untuk penanganan limbah tahu yaitu 5 ml, 10 ml, 15 ml dan 20 ml. Dengan perlakuan bersama sama, menyalakan stopwatch dan mengoperasikan pengaduk muIti posisi pada pengadukan cepat dengan kecepatan 100 rpm selama 1 menit. Kemudian mengurangi kecepatan sampai 20 rpm, untuk menjaga keseragaman partikel flok yang terlarut melalui pengadukan lambat selama 15 menit. Setelah pengadukan lambat selesai, angkat baling-baling dan lihat pengendapan partikel flok setelah 30 menit. Kemudian mengambil masing masing sampel dan mengukur TSS ( Total Suspended Solid ) dengan menggunakan portable spektrofotometer dan mencatat hasilnya yaitu pada penambahan tawas 5 ml diperoleh hasilnya 505 mg/l, untuk penambahan tawas 10 ml diperoleh hasil 465 mg/l, penambahan tawas 15 ml diperoleh hasil 416 mg/l, penambahan tawas 20 ml, diperoleh hasil 394 mg/l. Aplikasi pada industri pertanian, jar test digunakan untuk menangani limbah cair yang masih terdapat partikel-partikel untuk dibersihkan.
ampai 20 rpm, untuk menjaga keseragaman partikel flok yang terlarut melalui pengadukan lambat selama 15 menit. Setelah pengadukan lambat selesai, angkat baling-baling dan lihat pengendapan partikel flok setelah 30 menit. Kemudian mengambil masing masing sampel dan mengukur TSS ( Total Suspended Solid ) dengan menggunakan portable spektrofotometer dan mencatat hasilnya yaitu pada penambahan tawas 5 ml diperoleh hasilnya 505 mg/l, untuk penambahan tawas 10 ml diperoleh hasil 465 mg/l, penambahan tawas 15 ml diperoleh hasil 416 mg/l, penambahan tawas 20 ml, diperoleh hasil 394 mg/l. Aplikasi pada industri pertanian, jar test digunakan untuk menangani limbah cair yang masih terdapat partikel-partikel untuk dibersihkan.beker yang masing-masing 1000 ml, kemudian meletakkannya pada alat jar test, dan pada masing-masing gelas beker diberi tawas dengan dosis yang berbeda untuk dapat mengetahui dosis yang tepat untuk penanganan limbah tahu yaitu 5 ml, 10 ml, 15 ml dan 20 ml. Dengan perlakuan bersama sama, menyalakan stopwatch dan mengoperasikan pengaduk muIti posisi pada pengadukan cepat dengan kecepatan 100 rpm selama 1 menit. Kemudian mengurangi kecepatan sampai 20 rpm, untuk menjaga keseragaman partikel flok yang terlarut melalui pengadukan lambat selama 15 menit. Setelah pengadukan lambat selesai, angkat baling-baling dan lihat pengendapan partikel flok setelah 30 menit. Kemudian mengambil masing masing sampel dan mengukur TSS ( Total Suspended Solid ) dengan menggunakan portable spektrofotometer dan mencatat hasilnya yaitu pada penambahan tawas 5 ml diperoleh hasilnya 505 mg/l, untuk penambahan tawas 10 ml diperoleh hasil 465 mg/l, penambahan tawas 15 ml diperoleh hasil 416 mg/l, penambahan tawas 20 ml, diperoleh hasil 394 mg/l. Aplikasi pada industri pertanian, jar test digunakan untuk menangani limbah cair yang masih terdapat partikel-partikel untuk dibersihkan.
Diposkan oleh habib firdaus di 09.05